Fenomena-fenomena Antariksa

22.08


 RIFKY RAHMADHIN
 16516386
 1PA14

1.Definisi Luar Angkasa(Antariksa)


Yang dimaksud dengan luar angkasa atau antariksa merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer Bumi yang bebas dari gravitasi Bumi. Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".Definisi Antariksa adalah angkasa luar atau dalam bahasa Inggrisnya Outer space yang merupakan ruangan jauh dari bumi (di luar lapisan atmosfer bumi) bebas dari pengaruh gravitasi. Bagian dari alam semesta yang digambarkan sebagai ruang hampa udara.


2.Teori Asal mula Alam semesta

Teori Letusan Hebat: Pada tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal itu secara lain, yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan jagad raya terus meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan kecepatan tinggi. Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat. Sebelumnya, partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat lagi. Dalam model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik yang disebut “letusan hebat”.

Teori Keadaan Tetap: Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain,teori keadaan tetap yang menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna. Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau “lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat


3.Fenomena – fenomena antariksa

3.1 Fenomena langit bulan Februari 2017
 
Komet 45P/Honda–Mrkos–Pajdušákov
Komet periode pendek ini ditemukan oleh Minoru Honda pada tanggal 3 Desember 1948. Komet ini akan selalu mendekati titik terdekatnya dengan Matahari setiap 5,25 tahun. Komet 45P/Honda–Mrkos–Pajdušáková merupakan komet keluarga Jupiter yang berasal dari Sabuk Kuiper. Saat masuk ke area dalam Tata Surya, orbit komet 45P mengalami perubahan setelah bertemu Jupiter. Dan sejak itulah komet 45P berada dalam pengaruh gaya tarik Jupiter. Komet 45P mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada tanggal 31 Desember 2016 dan akan berpapasan dengan Bumi pada tanggal 11 Februari

Konjungsi Bulan dan Planet
(15 Februari – Bulan dan Jupiter)
Jupiter terbit pukul 21:29 WIB disusul Bulan pada pukul 21:31 WIB dan keduanya akan berpasangan di langit hanya terpisah 2,9º sampai Matahari terbit keesokan harinya. Jupiter dan Bulan bisa diamati di ufuk timur saat terbit sampai Matahari terbit.
(21 Februari – Bulan dan Saturnus)
Bulan sabit tipis akan tampak berpasangan dengan Saturnus sejak keduanya terbit di ufuk timur dan hanya terpisah 3,9º. Bulan terbit lebih dahulu pada pukul 01:10 WIB disusul Saturnus 7 menit kemudian pada pukul 01:17 WIB. Keduanya bisa diamati sampai Matahari terbit pukul 05:55 WIB.

Gerhana
Februari menandai awal musim gerhana tahun 2017, dimulai dengan Gerhana Bulan Penumbra dan dua
minggu kemudian Gerhana Matahari Cincin.

11 Februari – Gerhana Bulan Penumbra (GBP)
GBP 11 Februari jadi pembukan untuk musim gerhana tahun 2017. Berbeda dari gerhana bulan total maupun gerhana bulan sebagian, Bulan tidak akan menghilang di langit malam. Bahkan tidak mudah untuk bisa mengetahui apakah Bulan sedang berada dalam kondisi Gerhana ataukah hanya Bulan Purnama biasa. Saat gerhana bulan penumbra, Bulan hanya tampak berubah sedikit gelap, atau berkurang kecerlangannya.

Untuk Gerhana Bulan Penumbra 11 Februari 2017, sebagian masyarakat Indonesia bisa mengamati gerhana ini. Atau lebih tepatnya masyarakat yang berada di Sumatera, sebagian Jawa, dan sebagian kecil Kalimantan. Itupun hanya sesaat, karena gerhana dimulai ketika Bulan akan terbenam dan fajar menyingsing.

26 Februari – Gerhana Matahari Cincin
Cincin api Matahari akan menghiasi langit dan membuat takjub semua orang yang melihatnya. Gerhana Matahari Cincin akan mengawali gerhana matahari di tahun 2017. Proses terjadinya gerhana matahari cincin sama saja dengan gerhana matahari total. Bedanya, Bulan sedang berada pada posisi yang jauh dari Bumi maka tidak seluruh piringan Bulan menutupi piringan Matahari. Karena itulah, piringan Bulan tampak lebih kecil dari piringan Matahari sehingga memberi bentuk cincin atau mungkin donat buat kita yang melihatnya. Sayangnya, kita yang tinggal di Indonesia belum berkesempatan menyaksikan atraksi cincin api ini di langit. Hanya orang-orang yang tinggal di Amerika Selatan yang dapat melihatnya.


3.2Fenomena langit bulan Mei 2017

Hujan Meteor Eta Aquarid
Sesuai namanya yang berasal dari bintang terang Eta Aquarii di rasi Aquarius si Pembawa Air, hujan meteor ini memang tampak datang dari rasi Aquarius. Pengamat bisa mulai berburu hujan meteor Eta Aquarid setelah lewat tengah malam setelah rasi Aquarius terbit pukul 01:30 dini hari sampai sebelum fajar menyingsing. Puncak hujan meteor Eta Aquarid akan terjadi tanggal 6 Mei 2017 pukul 03.00 dini hari. Meskipun puncak hujan meteor terjadi tanggal 6 Mei, pengamat bisa mulai berburu sejak tanggal 4 atau 5 Mei dan diakhiri tanggal 7 Mei.

Rasi bintang dan Bima Sakti
Awal dan akhir bulan Mei menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam. Setelah Matahari terbenam, Bimasakti dapat diamati membentang dari Tenggara ke Barat laut. Jelang tengah malam, selendang Bima ini tampak membentang dari Timur Laut ke Barat Daya

Bintang Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Mayor, Betelguese dan Rigel di rasi Orion, Aldebaran di rasi Taurus, dan Rigel Kentaurus di rasi Centaurus sebagai panduan. Tengah malam, ada Rigel Kentaurus di rasi Centaurus, Spica di Virgo, Vega di rasi Lyrae, juga Arcturus di rasi Boötes yang dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

4.Penemuan–penemuan dalam bidang antariksa

4.1 Satelit LAPAN A2/ORARI, Buatan Indonesia
Cita-cita Indonesia untuk menguasai teknologi satelit secara mandiri mulai berjalan. Jika tak ada perubahan, satelit buatan para perekayasa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, LAPAN A2/Orari, akan diluncurkan dari India, 27 September 2015. Inilah satelit pertama yang seluruh prosesnya dikerjakan di Indonesia.

Satelit LAPAN A2/Orari adalah satelit mikro berdimensi 50 x 47 x 38 sentimeter dan berbobot 78 kilogram. Meski kecil, tak berarti kemampuannya kecil. Satelit A2 dilengkapi sejumlah instrumen yang lebih baik daripada A1, seperti kamera digital dan kamera video analog untuk memotret muka Bumi beresolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 km. Resolusi kamera A1 hanya 6 m dan lebar sapuannya 3,5 km. Kamera itu bisa untuk memantau perubahan tata guna lahan

Orbit A2 berada pada ketinggian 650 kilometer (km) dari muka Bumi, lebih tinggi 20 km dari A1. Bedanya, A2 satelit ekuatorial atau mengelilingi bagian khatulistiwa Bumi, bukan satelit polar yang mengelilingi kutub Bumi seperti satelit A1. Keunggulannya, satelit ekuatorial akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali sehari, sedangkan satelit polar hanya 4 kali sehari.

Instrumen lain adalah Automatic Identification System (AIS) untuk memantau pergerakan kapal laut, eksplorasi sumber daya laut dan perikanan, serta operasi keamanan laut.

Selain itu, satelit juga dilengkapi voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS) untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir. APRS bisa digunakan untuk penjejakan obyek bergerak, seperti memantau banjir dan perubahan tinggi muka air laut dan pergerakan manusia sehari-hari.

4.2 Penemuan Exoplanet HAT-P-26b "Neptunus Versi Hangat”
Tim ilmuwan dari University of Exeter dan NASA berhasil mengungkap penemuan baru tentang exoplanet HAT-P-26b. Terletak pada jarak 430 tahun cahaya dari Bumi, exoplanet ini mengorbit bintang yang usianya dua kali lipat Matahari kita.

Planet ini seukuran dengan Neptunus, namun dengan suhu yang lebih hangat karena lebih dekat dengan bintang induknya. Karena hal ini, para astronom menjulukinya sebagai "Neptunus hangat".

Dalam laporan studi yang diterbitkan dalam jurnal Science, para peneliti menjelaskan bahwa atmosfer planet HAT-P-26P sebagian besar tersusun oleh hidrogen dan helium serta menunjukkan tanda-tanda keberadaan air, meskipun sejatinya planet ini tidak memiliki air di permukaannya.

Komposisi atmosfer tersebut menunjukkan bahwa planet itu terbentuk di dekat bintang induknya, atau relatif baru dalam sistem bintangnya. Kondisi ini sangat berbeda dengan Neptunus dan Uranus, yang terbentuk pada masa awal sistem tata surya, sehingga terletak di pinggiran cakram debu dan gas yang berputar-putar mengelilingi Matahari.


Sumber::
http://www.kompasiana.com/jucky/teori-terbentuknya-alam-semesta-tata-surya-dan-bumi_550097b5a33311376f5118bd
http://nationalgeographic.co.id/berita/2017/05/mengenal-exoplanet-hat-p-26b-si-neptunus-versi-hangat
http://nationalgeographic.co.id/berita/2017/05/saksikan-puncak-hujan-meteor-eta-aquarid-2017-dini-hari-nanti
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/satelit-lapan-a2-orari-asli-buatan-indonesi
http://nationalgeographic.co.id/berita/2017/02/fenomena-langit-bulan-februari-2017














You Might Also Like

0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.